Happy Anniversary Kawan tercinta. Tidak terasa sudah satu tahun kita bersama. Satu tahun yang penuh dengan canda, kegilaan, jaim-jaiman, sok-sok'an, bertengkar, bombe-bombe'an, dan juga CINTA *ehemm, kode keras*
Semoga dengan semakin lamanya kita bersama *ceilahhh*, kita makin solid, makin meningkat, makin sayang satu sama lain *ciee*.=))
Dan untuk para manusia ajaibnya, semoga tidak ada yang saling lupa, dan semoga terus bersama sampai selamanya *happy ever after bede*
Ingat slogan kita "SOLIDARITAS adalah SEGALANYA"
Maaf terlambat post-nya
Kamis, 05 Juni 2014
Melanjutkan Cerpen (Bahasa Indonesia)
BAHAGIA ITU SEDERHANA
Banyak yang salah sangka menafsirkan tingkah lakuku
yang aneh. Aku terlahir dengan karakter introvert. Itu istilah untuk seorang
yang pendiam, pasif, dingin, dan tertutup. Penyebab aku tak punya teman,
sendirian, dan penyendiri. Jangan sapa aku di jalan, karena aku tidak akan
menoleh. Mereka bilang aku sombong. Tentu saja, aku juga tidak akan menyapa
siapapun karena aku tidak kenal siapapun di dunia ini. Aku tak punya teman,
pacar, dan keluarga aku ini sendirian.
“Bagaimana dengan ayah, ibu, kakak dan adikmu?”
“Aku tak punya keluarga”
“Bukankah dirumahmu ada orang lain selain dirimu?”
“Kau ini banyak omong, berhentilah bertanya”
Aku meninggalkan cewek berbadan mungil bernama Tasya
tersebut dan melanjutkan perjalananku. Duniaku terlalu membuat Tasya merasa
tertarik untuk menanyakan segala macam hal tentang diriku. Jujur saja, aku
tidak menyukainya.
Kembali berfikir sejenak. Duniaku ini mungkin sudah
seharusnya tak terjamah oleh siapapun. Cukup aku saja yang merasakan duniaku
yang kian menenggalamkanku. Aku tidak yakin dengan adanya Tasya aku akan
menjaadi lebih baik. Dia hanya gadis berisik yang ingin serba tahu tentang
kehidupanku. Entah mengapa ia dapat beranggapan bahwa aku menarik. Sungguh
pernyataan bodoh yang sangat bodoh,, bagaimana mungkin kepribadianku yang
pendiam, dingin, serta tertutup dapat menarik hati seseorang? Ia mungkin hanya
ingin mempermainkanku. Semakin aku berpikir, semakin tercampur semua isi
kepalaku.
Tasya yang terus saja membuntutiku sejak tadi
sangatlah mengganggu perjalananku ke sekolah. Ocehannya yang kian menari-nari
di telingaku membuatku geram. Mengapa dia begitu berisik? Mengapa dia harus ada
di setiap aku melangkahkan kaki?
Di kelas yang satu ini aku menuntut berbagai
pendidikan. Sudah dua tahun lamanya aku mendekam di berbagai kenangan masa
putih abu-abu. Suasana kelas yang bising ini kian membuatku merasa menghilang.
Semua orang telah beranggapan aku tidak ada, keberadaanku tak pernah dianggap.
Namun, bereda dengan Tasya yang kian memperhatikanku. Ya, Tasya adalah salah
satu teman sekelasku. Namun, keberadaannya kini sangat membuatku risih.
Sikapnya yang terlalu perhatian dan ingin tahu segalanya seolah mengupas satu
demi satu diriku yang lain.
“Hei! Mengapa diam saja? Ciee, ngelamunin siapa tuhh?”
ledek Tasya yang mulai dengan kicauan barunya.
Aku hanya diam. Aku berusaha mengacuhkan segala
pembicaraannya.
“… (blablabla)Apakah kamu tidak merasa kesepian?”
“Tidak” jawabku singkat.
“Dingin amat!”
“Berisik! Pergi sana! Tidak usah mengganggu orang
lain. Kamu punya pekerjaan, kan? Berhentilah bertingkah seperti ini!” nada
suaraku kian meninggi.
Tasya terdiam. Ia kemudian pergi dengan wajah
sembraut. Aku mungkin terlalu keras padanya. Namun aku tidak peduli, ini semua
salahnya yang terlalu tertarik dengan kehidupanku. Ini semua salahnya yang
terlalu bising dengan beribu pertanyaan yang dia lontarkan. Aku tidak ingin
orang lain mengetahui ada apa denganku dan bagaimana untuk dekat denganku.
Bel sekolah telah membahana menyerukan waktu pulang
sekolah. Seluruh siswa berhamburan keluar untuk kembali ke peraduannya
masing-masing. Langkah kaki kian menuntunku ke sebuah gubuk bertahta
kesengsaraan. Rumahku memang besar, namun bagaikan neraka yang tak terjamah
oleh kebahagiaan. Jangan tanyakan apa isinya, karena itu hanya akan membuatmu
menyesal. Jangan pernah penasaran, karena kau tidak akan mendapat apa-apa dari
rasa penasaranmu itu.
“Dari mana saja kamu?” sosok wanita karir berpakaian
modis berdiri di hadapanku.
“Sudah pasti dari sekolah, kan? Aku sedang berpakaian
apa sekarang? Apakah kamu buta? Sesibuk itukah kamu sampai-sampai tak bia
membedakan pakaian sekolah dengan pakaian lain!”
“Kamu itu…”
“Sudahlah jangan berisik dan sok mengatur, aku mau
isirahat. Kamu jangan mengganggu”
“Kalau begitu jangan lupa makan” ia mulai mengeluarka
sikap keibuannya.
“Ya”
Wanita itu kembali pergi di kehidupan luarnya yang tak
pernah aku jamah.
Masih dalam bilik kamar. Mencerna kata-kata Tasya
“…Apakah kamu tidak merasa kesepian?” pertanyaan yang bodoh, sejak kapan gadis
itu beranggapan aku kesepian. maaf saja, aku tidak merasa kesepian. Memang, aku
kadang merasa sendirian.
“Ahhh…Mengapa aku selalu memikirkan Tasya? Semenjak
gadis itu muncul dan menanyakan berbagai hal, aku menjadi tak karuan” batinku
Keesokan harinya, sekolah diliburkan karena kelas XII
sedang menghadapi ujian sekolah. Tentu saja aku hanya menghabiskan waktu di
taman rumah, tidak seperti remaja pada umumnya yang menghabiskan masa liburan
dengan jalan-jalan ataupun nongkrong.
Sekali lagi aku melihat sosok gadis yang tidak asing seolah lalu lalang
memperhatikanku dari kejauhan. Tasya, lagi-lagi dia mencoba mencari tahu
tentangku. Dari mana ia mengetahui alamatku? Seserius itukah ia mengetahui
segalany tentangku? Ahh, aku mati kutu.
“Sedang apa kamu?”
“Hm…anu…anu…akuu..sekedar jalan-jalan, ya jalan-jalan”
“Dasar pengganggu”
“Hei jangan pergi, aku hanya ingin berteman”
“Sayang sekali aku tidak mau. Pulang sana!!”
Sekali lagi aku sangat keras dan dingin terhadap
Tasya. Dia memang sangat menyebalkan dan membuat aku geram karenanya. Namun,
jika dipikir lebih baik lagi, Tasya memang seorang gadis yang ceria dan seperti
tidak punya beban. Cara ia berpakaian juga sangat modis, seperti para girlband yang sedang naik daun. Sekarang
aku mulai bertanya-tanya bagaimana bisa Tasya menjadi gadis yang seperti itu.
Mengapa ia bisa tampak begitu manis?
“Aduh… mengapa sekarang aku ikut-ikutan Tasya yang
ingin tahu urusan orang? Mengapa aku terus memikirkan dia?” batinku mulai
beradu lagi
Sekolah kembali di buka untuk para siswa yang senantiasa
bersemangat mengejar pendidikan. Seperti biasa, Tasya hadir lagi di hari-hari
baruku. Ia kembali menggangguku dengan tembakan-tembakan pertanyaannya. Namun,
kali ini entah mengapa aku merasa baik-baik saja. Dan aku memberanikan diri
bertanya
“Tasya”
“Ya, ada apa Raka?”
“Waktu di rumahku, kamu mengatakan bahwa kamu ingin
berteman dengnku, bukan?”
“Ya, tentu saja. Aku sangat mau”
“Sebelumnya aku ingin bertanya, bagaiman kamu selalu
tampak ceria? Padahal aku sangat sering membentakmu”
“Aku selalu beranggapan kalau setiap bentakanmu itu
adalah cara kamu mengekspresikan diri. Ituu yang membuatmu berbeda. Aku akui
itu memang menyakitkan, namun bukankah semua oang pernah begitu?” Tasya
tersenyum sangat manis
“Lalu, mengapa kamu bisa menghadapi segalanya?”
pertanyaanku yang sejak malam kupikirkan akhirnya terlontar begitu saja.
“Hahaha. Kamu jadi kepo
yah! Begini, seseorang pernah berkata kepadaku bahwa kenikmatan sebuah kopi
dinilai dari seberapa pahit kopi itu”
“Maksudnya?”
“Kopi itu adalah perumpamaan sebuah kehidupan. Semakin
banyak cobaan, berupa kepahitan semakin mendewasakan seseorang, hingga ia
menjadi lebih baik”
“Lalu bagaimana kamu bisa sangat bahagia?” pertanyaan
kembali terlontar
“Raka, bahagia itu sederhana. Cukup kamu menikmati
pemberian Tuhan, bukannya mengeluh dengan semua cobaannya”
“Aku masih belum mengerti”
“Tenanglah, akan ku ajarkan padamu” senyuman Tasya
kali ini membuatku sangat tenang. Dan untuk pertama kalinya aku merasakan
kebahagiannya. Dan untuk pertama kalinya aku mengukir senyuman di raut wajahku.
Ada Apa Dengan Pendidikan?
Apakah Pengertian Pendidikan?
Sebelum mengupas lebih lanjut mengenai pendidikan, kita perlu mengetahui
sebenarnya apa itu pendidikan. Seperti yang kita ketahui, semua orang memiliki
presepsi masing-masing mengenai pengertian pendidikan itu sendiri. Meurut saya,
pendidikan adalah gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan
memperjuangkan dan mempertahankan hal-hal terkecil hingga hal-hal terbesar yang
normalnya akan dilewati oleh setiap manusia. Selain itu, pendidikan adalah bekal
untuk mengejar semua yang ditargetkan oleh seseorang dalam kehidupannya
sehingga dapat kita beranggapan bahwa tanpa pendidikan, maka logikanya semua
yang diimpikannya akan menjadi sangat sulit untuk dapat diwujudkan.
Faktanya, memang tidak semua orang yang berpendidikan sukses dalam
perjalanan hidupnya, tetapi jika dilakukan perbandingan maka orang yang
berpendidikan tetap jauh lebih banyak yang bisa mengecap kesuksesan daripada
orang yang tidak pernah mengecap pendidikan, baik pendidikan formal maupun non
formal. Pendidikan adalah alat untuk mengembangkan diri, mental, pola pikir dan
juga kualitas diri seseorang untuk mencapai tujuan hidupnya.
Jika orang yang sudah dibekali ilmu saja terbukti masih ada atau bahkan
banyak yang mengalami kegagalan, lalu bagaimana dengan mereka yang tidak
dibekali ilmu sama sekali? Logikanya sudah pasti mereka akan lebih kesulitan
dalam mengembangkan hal-hal yang diminatinya dengan tujuan untuk mendapatkan
level kehidupan yang lebih baik. Proses hidup membutuhkan teori, dan dengan
pendidikan lah teori tersebut bisa didapatkan.
Jangan meyakini opini sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab yang
menyatakan bahwa pendidikan tidak perlu dikecap oleh semua orang. Apa pun
alasannya, setiap orang tetap membutuhkan pendidikan. Meskipun pendidikan tidak
menjamin kesuksesan seseorang, namun pendidikan akan membekali anda kualitas
diri yang lebih baik sehingga anda akan lebih berpeluang untuk mendapatkan apa
yang anda cita-citakan, karena pendidikan adalah prioritas untuk menjuju kearah
yang lebih baik, dan masa depan yang lebih layak buat Anda.
Hari Pendidikan Nasional (HARDIKNAS)
Hari Pendidikan Nasional diperingati setiap tanggal 2 Mei, bertepatan
dengan hari ulang tahun Ki Hadjar Dewantara atau Raden Mas Soewardi, pahlawan
nasional yang dihormati sebagai bapak pendidikan nasional di Indonesia. Ki
Hadjar Dewantara lahir dari keluarga kaya Indonesia selama era kolonialisme
Belanda, ia dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah
Hindia Belanda pada masa itu, yang hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran
Belanda atau orang kaya yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Ki Hajar Dewantara adalah salah satu pahlawan yang dulu memperjuangkan
pendidikan bagi bangsa Indonesia dijaman penjajahan belanda yang mengakibatkan dia
diasingkan ke Belanda. Ketika dia pulang ke Indonesia dia membuat Taman Siswa
sebagai tempat belajar dan diapun diangkat menjadi Menteri Pendidikan ketika
Indonesia merdeka. Kritiknya terhadap
kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda, dan ia
kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan bernama Taman Siswa setelah
kembali ke Indonesia. Ki Hadjar Dewantara diangkat sebagai menteri pendidikan
setelah kemerdekaan Indonesia. Filosofinya, tut wuri handayani ("di
belakang memberi dorongan"), digunakan sebagai semboyan dalam dunia
pendidikan Indonesia. Ia wafat pada tanggal 26 April 1959. Untuk menghormati
jasa-jasanya terhadap dunia pendidikan Indonesia, pemerintah Indonesia
menetapkan tanggal kelahirannya sebagai Hari Pendidikan Nasional.
Selain tut wuri handayani, ki hajar dewantara memiliki dua kata lagi
untuk dunia pendidikan Indonesia, yaitu "ing ngarso sung tulodo" yang
artinya "di depan memberi teladan" dan "ing madyo mangun
karso" yang artinya "di tengah membangun karya".
Memaknai Hari Pendidikan Nasional
Sebuah perjuangan yang mulia dan juga tidak mudah. Waktu itu bangsa
Indonesia masih dilanda kebodohan, keterbelakangan akibat penjajahan Belanda.
Pergerakan memajukan pendidikan telah mempersiapkan putra-putra bangsa yang siap
berjuang untuk Indonesia menuju kemerdekaan.
Hasilnya pun terbukti, kita sekarang sudah merdeka. Namun apakah semangat
perjuangan dari para pahlawan pendidikan kita terdahulu masih tejaga hingga
saat ini? Dan masihkah pendidikan dipandang oleh semua orang?
Kemerdekaan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia, belum membuat
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju. Bahkan Indonesia masih tergolong
negera yang masih berkembang, di mana kualitas pendidikan masih kalah
tertinggal oleh negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Padahal
kita tahu sendiri bahwa bangsa kita sudah lebih dahulu merdeka, yang lebih
hebatnya lagi di tahun 1970 para putra bangsa Indonesia menjadi guru dan
pengajar di Malaysia.
Kenapa kita jadi tertinggal? Atau bahkan mungkin pendidikan kita berjalan
ditempat? Atau lebih parahnya lagi kualitas pendidikan kita saat ini menurun?.
Entahlah, yang pasti kita belum merasakan kualitas seluruh sumber daya manusia
Indonesia saat ini mampu bersaing dengan bangsa-bangsa di Dunia ini. Sungguh
menyedihkan.
Yang terjadi sekarang justru masih banyak rakyat miskin, tidak mempunyai
keahlian, pengangguran dimana-mana. Apa yang salah dengan bangsa ini?. Padahal
sekarang sekolah sudah lebih banyak dari pada zaman kita belum merdeka.
Terlebih sekarang banyak sekolah yang berstandar internasional, di mana para
siswanya sudah seharusnya memiliki potensi untuk bersaing di tingkat
Internasional.
Semoga saja pada peringatan hari Pendidikan Nasional tahun ini, dijadikan
sebagai tonggak perubahan ke arah yang lebih baik, Menjadi bangsa yang pintar
dan bermatabat, yang akan membawa kepada kemajuan dan kemakmuran bangsa
Indonesia.
Meskipun Indonesia sudah merdeka sejak tahun 1945 namun kita masih bisa
melihat, Indonesia belum bisa mendapatkan pendidikan yang layak, kita semua
tahu sekolah-sekolah pedalaman,sekolah perbatasan dan sekolah yang dananya
dijadikan bahan korupsi bagi pihak yang tidak bertanggung jawab yang tidak
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam pasal 31 UUD 1945 tentang
Pendidikan.
Maka dari itu, marilah kita menjadikan Hari Pendidikan Nasional 2014 ini
sebagai sebuah momentun bagi seluruh lapisan masyarakat untuk memperhatikan
pendidikan demi memperjuangkan pendidikan yang layak bagi bangsa indonesia,
mari kita lawan dan berantas korupsi di dunia pendidikan dan di tanah air kita,
karena hal tersebut hanya akan meperbodoh bangsa ini dan bertentangan dengan tujuan
negara sebagaimana tercantum pada pembukaan UUD 1945 yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Mari bersama sama selamatkan generasi muda Indonesia,dengan cara
meningkatkan mutu pendidikan indonesia dan memperjuangkan adik-adik yang putus
sekolah,melalui hardiknas 2014 ini mari kita kobarkan semangat memperjuangkan
pendidikan Indonesia.
Hari dari jati diri bangsa dimana hari pendidikan bisa menggambarkan atau
merupakan ruh dari bangsa kita, bangsa yang besar adalah bangsa yang peduli
akan pendidikan, dan pendidikan adalah modal awal dari perkembangkan bangsa.
Langganan:
Postingan (Atom)