Selasa, 08 Juli 2014

Di Ambang Pintu

Bersama setiap hembusan nafas, aku menikmati berjuta nyanyian perih yang tiada henti memberikan kesakitan. Bersama berjuta sayup keheningan yang menemani setiap langkah kaki yang terus berjalan.
Pena yang masih saja berlaga di atas kertas membuatku kian suntuk dengan berjuta logika. Jemari yang kian menari tak pernah memberikan harapan pasti dari setiap masalah dunia. Mungkin ada saat dimana mata telah lelah memandang wajah-wajah para pendusta yang mengumbar sejuta janji. Atau mungkin bibir mulai kaku dan tak mampu berucap. Terlebih ketika telinga tak mampu lagi mendengar jeritan hati yang kian kesepian. dan badan yang terbujur kaku tak bernyawa.
Sekali lagi, aku merasakan kesakitan. Entah bagaimana cara mengungkapkannya, “dia” sosok yang masih berdiri di ambang pintu. Yang tak ku mengerti akan keluar atau kembali masuk dalam rentetan cerita hidupku. Seseorang pernah berkata, “Jika kau ingin keluar, maka keluarlah segera. Namun, jika kau ingin masuk dengan senang hati pintu akan terbuka dengan lebar. Namun jangan pernah berdiri di ambang pintu itu, karena kau hanya akan menghlangi orang yang masuk”
Untuk “dia” yang di sana, segeralah beranjak dari ambang pintu itu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar