Selasa, 08 Juli 2014

Jangan Salahkan Impian



Wah, tidak terasa satu bulan lamanya aku tak mencoba untuk menulis lagi. Kali ini tulisanku mengenai hal yang membuat aku bertahan. IMPIAN.
“Gantungkan mimpimu setinggi-tingginya”. Kata yang tak pernah menjadi asing di telingaku. Kata yang entah bagaimana bisa membuatku berdiri seperti saat ini. Kata yang terus menginspirasiku hingga bintang telah berada di genggamanku.
Menari lagi, berjuta impian menari lagi di sela-sela pemikiranku yang kian hari terasa berat. Aku yang masih berumur 16 tahun mulai berpikir dan berandai-andai bagaimana aku bisa menjadi sosok manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Masih aku ingat sebuah kutipan, “Sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain”. Sungguh kalimat yang tak pernah aku lupakan. Bagaimana aku akan menjadi manusia yang sangat bermanfaat, bukan seonggok daging berjalan dan diberi nama.
Keseharianku masih dipenuhi berbagai masalah layaknya seorang siswi biasa. Bangun, mandi, makan, sekolah, pulang, makan, belajar, mandi, makan, belajar, tidur, dan mengulangnya lagi keesokan hari. Jalan-jalan? Yah, Tentu saja aku masih membutuhkannya. Meluangkan sedikit “musuh” ku ini. Musuhku adalah waktu. Ya, Waktu yang teramat berharga dengan berjuta detik yang tak akan ku lewatkan. Waktu yang menjadi lawan paling tangguh di setiap aku mengerjakan rutinitas.
“Adalah mimpi yang membuat segala sesuatu menjadi lebih indah. Adalah mimpi yang bisa membuat gurun menjadi hutan tropis. Adalah mimpi yang bisa membuat lautan menjadi tandus. Adalah mimpi yang bisa membuat orang miskin menjadi orang terkaya di dunia. dan adalah mimpi yang membuatku bisa berdiri, berjalan, dan berlari seperti saat ini”. Itulah sebuah kutipan kalimat yang entah mengapa membuatku terus mengingat satu demi satu kata yang ada di dalamnya.
Impian? Ya, impian. Sekali lagi aku bertahan dengan hal itu. Dan berkali-kali lagi aku menerjang tembok yang menghalangiku dengan hal itu. Impian yang membuatku benar-benar merasa “hidup” dengan berjuta masalah di setiap hari. Dan impian yang menguatkanku bak pondasi terkokoh.
Jangan salahkan aku yang terkadang bermimpi dan berkhayal terlalu tinggi. Jangan salahkan aku jika terlalu berlebihan dengan kenyataan. Karena inilah caraku menjadi “hidup”. Inilah cara ku memberi “hidup”. Hidupku, caraku. Mimpiku, keajaibanku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar