Wah, tidak terasa satu bulan lamanya aku tak mencoba
untuk menulis lagi. Kali ini tulisanku mengenai hal yang membuat aku bertahan.
IMPIAN.
…
“Gantungkan mimpimu setinggi-tingginya”. Kata yang tak
pernah menjadi asing di telingaku. Kata yang entah bagaimana bisa membuatku
berdiri seperti saat ini. Kata yang terus menginspirasiku hingga bintang telah
berada di genggamanku.
Menari lagi, berjuta impian menari lagi di sela-sela
pemikiranku yang kian hari terasa berat. Aku yang masih berumur 16 tahun mulai
berpikir dan berandai-andai bagaimana aku bisa menjadi sosok manusia yang
bermanfaat bagi orang lain. Masih aku ingat sebuah kutipan, “Sebaik-baiknya
manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain”. Sungguh kalimat
yang tak pernah aku lupakan. Bagaimana aku akan menjadi manusia yang sangat
bermanfaat, bukan seonggok daging berjalan dan diberi nama.
Keseharianku masih dipenuhi berbagai masalah layaknya
seorang siswi biasa. Bangun, mandi, makan, sekolah, pulang, makan, belajar,
mandi, makan, belajar, tidur, dan mengulangnya lagi keesokan hari. Jalan-jalan?
Yah, Tentu saja aku masih membutuhkannya. Meluangkan sedikit “musuh” ku ini.
Musuhku adalah waktu. Ya, Waktu yang teramat berharga dengan berjuta detik yang
tak akan ku lewatkan. Waktu yang menjadi lawan paling tangguh di setiap aku
mengerjakan rutinitas.
“Adalah mimpi yang membuat segala sesuatu menjadi
lebih indah. Adalah mimpi yang bisa membuat gurun menjadi hutan tropis. Adalah
mimpi yang bisa membuat lautan menjadi tandus. Adalah mimpi yang bisa membuat
orang miskin menjadi orang terkaya di dunia. dan adalah mimpi yang membuatku bisa
berdiri, berjalan, dan berlari seperti saat ini”. Itulah sebuah kutipan kalimat
yang entah mengapa membuatku terus mengingat satu demi satu kata yang ada di
dalamnya.
Impian? Ya, impian. Sekali lagi aku bertahan dengan
hal itu. Dan berkali-kali lagi aku menerjang tembok yang menghalangiku dengan
hal itu. Impian yang membuatku benar-benar merasa “hidup” dengan berjuta
masalah di setiap hari. Dan impian yang menguatkanku bak pondasi terkokoh.
Jangan salahkan aku yang terkadang bermimpi dan
berkhayal terlalu tinggi. Jangan salahkan aku jika terlalu berlebihan dengan
kenyataan. Karena inilah caraku menjadi “hidup”. Inilah cara ku memberi “hidup”.
Hidupku, caraku. Mimpiku, keajaibanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar